BERANDA PENDIDIKAN KESEHATAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PERKEBUNAN TENAGA KERJA HUKUM ORGANISASI OLAHRAGA JAWA TIMUR JAWA TIMUR UPDATE JAWA TENGAH JAWA BARAT LINTAS NUSANTARA JAKARTA
ANGGARDAYA DESKOBIS WISLAMIHER SETAPAK INFO INFO TIPS

Keluhan Petani Bawang dan Saran Pakar (1)

Dilihat 0 kali



LIPITAN KHUSUS

jawatimurnews.com - Para petani bawang merah di Bima NTB mengeluhkan harga pupuk non subsidi dan obat obatan pertanian naik. Mereka mengaku rugi lantaran harga pupuk naik, namun harga bawang hasil panen justru terjun bebas.

Perubahan harga pupuk terjadi mulai akhir Agustus. Harganya terus melonjak hingga memasuki bulan November ini.

Salah seorang petani di Kabupaten Bima, Evan ( 35 ) mengatakan, dirinya mengaku rugi besar saat musim tanam ini. Pasalnya, biaya tanam mulai dari bibit, tenaga kerja, pupuk dan obat obatan pertanian, mengalami kenaikkan tajam. Sementara, tanaman bawang merah yang diharapkan bisa menutup biaya tanam, harganya anjlok. Dan hari ini harga Rp.8000 per kilo, ujarnya saat ditemui harianamanat, sabtu 20 november di pematang sawahnya di desa Ngali, Kecamatan Belo Kabupaten Bima.

“bagaimana tidak rugi, ongkos buruh sekarang mahal, bibit juga mahal. Terus harga pupuk naiknya banyak setiap hari harga pupuk berbeda, sementara bawang panen hanya Rp.5000- 8000. Dapat untungnya dari mana,” keluh evan.

Sementara itu Julius Wati mengatakan, dampak kenaikkan harga pupuk ini memang sangat dirasakan petani. Karena jenis jenis pupuk non subsidi yang mengalami kenaikkan adalah yang banyak dibutuhkan petani bawang seperti pupuk NPK dan lain lainnya.

“Dampaknya memang dirasakan sekali. Karena pupuk non subsidi itu yang banyak dibutuhkan petani bawang merah,” tandas Julius petani asal desa Tolo Uwi kecamatan Monta.

Meningkatnya harga pupuk ini, otomatis menambah biaya tanam yang dikeluarkan. Dia merinci, rata rata biaya tanam bawang merah dengan lahan seluas 1 hektar sebelum ada kenaikkan harga pupuk, sekitar Rp.100 juta. Namun dengan kenaikan pupuk ini naik menjadi Rp.130 juta.

Menurutnya Untuk mendapatkan keuntungan atau minimal kembali modal, jika hasil panen dalam 1 hektar mendapat 10 ton bawang dengan harga jual bawang minimal Rp.14 ribu. Jika hasil panen kurang dari 10 ton maka harga jual bawang harus lebih dari Rp.14 ribu per kilo.

“Sekarang tinggal hitung berapa ruginya. Jelas sangat banyak. Katakanlah 1 hektar dapat 10 ton, maka supaya impas harus dijual Rp.14 ribu. Tinggal hitung saja, harga kemarin Rp.5000 per kilo , silahkan dihitung berapa kerugian kami,” bebernya.

Dari hasil pantauan jawatimurnews.com, Kenaikan harga pupuk diperkirakan akan terus berlangsung hingga Maret 2022 mendatang, jenis pupuk yang mengalami kenaikkan harga adalah yang mengandung NPK.

Begitu juga dengan obat obatan juga harganya naik, terutama yang mengandung bahan aktif glifosat. Obat obatan ini rata-rata kenaikannya Rp.40- hingga Rp 60 ribu per botol. Dari harga dasar Rp.80 ribu per botol.

Untuk jenis obat obatan yang biasa digunakan untuk membunuh rumput liar dan mengandung glisofat kenaikannya sangat signifikan.

Sehingga petani membeli obat jenis glisofat ini dengan harga Rp.140 ribu per botol. (Ranti)


Bersambung

Sumber : JTN Media Network

JTN SUPORT BANK BRI An : PT.JATIM INTIPERKASA GLOBAL MEDIA, No. REK : 006501044064531

Post a Comment

No Spam,No SARA,No Eksploitasi
Komenlah yang berkualitas & berkelas

Previous Post Next Post

Contact Form