JTN UPDATE : Sabtu 17 Mei 2025 06:00:50 PM

DeepSeek vs AI Agents: Siapa yang Akan Bertahan dan Akan Tumbang?

Dilihat 0 kali

 

Kepercayaan para investor terhadap masa depan platform kecerdasan buatan (AI) generatif asal Hangzhou, DeepSeek, mengalami guncangan yang cukup signifikan setelah raksasa teknologi Alibaba merilis model AI terbarunya, Qwen 2.5. Model ini diklaim memiliki performa lebih unggul dibandingkan dengan DeepSeek-V3, sehingga memicu pergeseran sentimen di kalangan investor yang sebelumnya mendukung DeepSeek.

Peluncuran Qwen 2.5 tidak hanya menggoyahkan dominasi DeepSeek, tetapi juga membawa dampak terhadap pasar token terkait AI. Seiring dengan meningkatnya optimisme terhadap proyek AI lain, token-token AI Agent mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Virtuals Protocol mencatat lonjakan lebih dari 8%, sementara AIXBT dan Ai16z mengalami kenaikan lebih dari 10%. Kenaikan ini terjadi karena banyak investor yang mulai mengalihkan perhatian dan dana mereka ke proyek-proyek kecerdasan buatan berbasis desentralisasi, yang dinilai memiliki potensi lebih besar di tengah persaingan yang semakin ketat.

Di sisi lain, koreksi pasar terjadi setelah sebelumnya DeepSeek mengalami lonjakan yang cukup signifikan, menarik banyak perhatian dari investor di sektor AI. Namun, setelah Alibaba merilis model terbarunya, fokus investor mulai bergeser, menyebabkan tekanan jual yang tajam pada aset-aset yang terkait dengan DeepSeek. Akibatnya, valuasi DeepSeek mengalami penurunan drastis, dengan kerugian yang mencapai angka fantastis, yakni US$5 miliar atau setara dengan sekitar Rp81,2 triliun.

Pada awal pekan ini, DeepSeek merilis asisten AI terbaru yang dirancang untuk bersaing dengan model-model AI yang telah ada sebelumnya, tetapi dengan keunggulan biaya yang lebih rendah. Kehadiran inovasi ini memicu aksi jual besar-besaran di sektor saham teknologi di Amerika Serikat, karena investor mulai mempertimbangkan dampaknya terhadap lanskap industri kecerdasan buatan.

Salah satu perusahaan yang terkena dampak signifikan adalah Nvidia, yang mengalami penyusutan kapitalisasi pasar hingga US$589 miliar atau sekitar Rp9.568 triliun. Penurunan ini turut menyeret harga saham perusahaan yang bergerak di bidang penambangan kripto serta aset kripto berbasis kecerdasan buatan, yang mengalami pelemahan tajam akibat tekanan pasar.

Namun, seiring dengan meredanya antusiasme awal terhadap model AI baru ini, pasar mulai menyadari potensi risiko dan kerugian yang mungkin timbul. Di saat yang sama, muncul pula token kripto palsu yang mengatasnamakan DeepSeek di berbagai bursa terdesentralisasi. Meskipun pihak DeepSeek telah menegaskan bahwa mereka tidak memiliki keterkaitan dengan mata uang kripto apa pun, para pelaku penipuan tetap memanfaatkan tren dan popularitas yang sedang berkembang untuk menarik keuntungan dari situasi tersebut.

Salah satu perusahaan AI terkemuka, OpenAI, menuduh bahwa DeepSeek menggunakan teknik "penyulingan" untuk melatih model kecerdasan buatannya dengan memanfaatkan keluaran dari OpenAI. Metode ini berpotensi melanggar ketentuan layanan yang ditetapkan oleh OpenAI dan menimbulkan kekhawatiran mengenai legalitas penggunaannya.

CEO OpenAI, Sam Altman, melalui unggahannya di platform X, mengakui bahwa model r1 DeepSeek cukup mengesankan, terutama dari segi harga yang lebih kompetitif. "Kami akan menghadirkan model yang lebih baik, dan kehadiran pesaing baru seperti ini cukup menyegarkan," ujarnya.

Teknik penyulingan sendiri memungkinkan model AI berukuran lebih kecil untuk meniru kinerja model yang lebih besar dengan biaya pengembangan yang jauh lebih rendah. Namun, metode ini menimbulkan perdebatan di komunitas penelitian AI, terutama terkait dengan aspek etika dan implikasi hukumnya.

Tantangan yang dihadapi DeepSeek semakin kompleks setelah otoritas perlindungan data di Italia memulai investigasi terkait penggunaan data pribadi dalam sistem AI mereka. Sebagai dampak dari penyelidikan tersebut, aplikasi DeepSeek telah dihapus dari toko aplikasi Apple dan Google di wilayah Italia, menambah tekanan terhadap perusahaan dalam menghadapi kontroversi yang semakin berkembang.

Pergerakan Aset kripto, Saham Amerika Serikat, dan Emas Digital saat ini bisa kamu cek di aplikasi Nanovest. Jika kamu tertarik untuk mulai berinvestasi di Aset Kripto, Nanovest dapat menjadi pilihan kamu untuk mulai berinvestasi dan eksplor koin kripto lainnya, sebuah aplikasi investasi saham & kripto yang terpercaya dan aman yang dapat menjadi pilihan terbaik bagi para investor di Indonesia. Bagi para investor yang baru ingin memulai berinvestasi tidak perlu khawatir karena aset yang kamu miliki akan terjamin oleh perlindungan asuransi Sinar Mas sehingga terlindungi dari risiko cybercrime. Dan Nanovest juga telah terdaftar dan diawasi oleh BAPPEBTI, sehingga aman untuk digunakan. Bagi para penggiat investasi yang ingin menggunakan Nanovest, aplikasi ini sudah tersedia di Play Store maupun App Store Anda.

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

Punya Produk UKM/PIRT, pasang iklan disini Rp.100.000/Tahun klik gambar dibawah


@Redaksi JAWATIMURNEWS
Editor : Zahrudin-Haris-Athallah SND
Sumber : JTN MEDIA NETWORK
BERITA HARI INI
    Previous Post Next Post

    Contact Form

    Konferensi Pers, Polres Nganjuk All Out! 63 Tersangka dan 47 Kasus Dibongkar | Dandim 0815/Mojokerto Pimpin Sertijab Sejumlah Danramil Jajaran Kodim 0815 | Tingkatkan Produktivitas, Babinsa 0815/09 Mojosari Bantu Tanam Padi di Kebondalem | BRI Finance Hadapi Tantangan Pasar Otomotif 2025 dengan Strategi Captive Market | 40.259 Penumpang Gunakan KA Selama Long Weekend Hari Raya Waisak di Stasiun Malang | KAI dan Deutsche Bahn Jalin Kolaborasi Strategis Dukung Transformasi Hijau dan Digital Sektor Perkeretaapian Indonesia | Bagaimana Transformator Variable Speed Drive Membantu Efisiensi Industri? | KAI Daop 1 Jakarta Konsisten Tingkatkan Keselamatan Perjalanan KA Lewat Cek Lintas Jalan Kaki | Tips menghindari penyakit maag | Pertamina Berdayakan Ekonomi Masyarakat Adat Desa Lamalera | mas tamvan