BREAKING NEWS :
Loading...

Dusun seloguno Nyadran Tanpa kehadiran kades

Dilihat 1 kali


JAWATIMURNEWS.COM
NGANJUK_JAWA TIMUR|
SENIN (16/06/2025)

Nyadran tradisi  turun-temurun oleh leluhur Dusun Seloguno, Desa Perning, Kecamatan Jatikalen,  Selasa 18 Juni 2025 terasa janggal. 


Di permukaan, genduri dan doa tetap dilakukan seperti biasa—berpusat di Makam Leluhur dan Punden Tirto Mulyo. 


Namun di balik hidangan tumpeng dan untaian doa itu, tersimpan ketegangan sosial yang tajam: dusun terbelah dua, dan kepercayaan publik terhadap pemerintah desa sedang mengalami ujian serius.


Tak kurang dari 95 persen warga Seloguno dari total sekitar 400 jiwa menggelar sedekah bumi lebih awal Minggu (16/6/2025), bukan karena alasan teknis, melainkan sebagai bentuk solidaritas diam-diam terhadap Wahyu Setiawan, mantan Kepala Dusun yang diberhentikan tanpa alasan yang jelas di mata warga.


“Kami tidak pernah diberi penjelasan gamblang, tidak ada musyawarah, tidak ada penyampaian terbuka, tahu-tahu Pak Wahyu diganti,"ucap warga yang bernama Imam Efendi


"Ini bukan soal politik, ini soal rasa keadilan, ”ungkap Imam Efendi, warga sekaligus tokoh masyarakat Seloguno saat ditemui di kompleks makam dusun


Ketidakhadiran Kepala Desa Perning dalam acara ini memperkuat dugaan adanya jarak yang makin melebar antara pemerintahan desa dan mayoritas warganya. 


Bahkan kasun pengganti pun absen. Yang terjadi justru warga mengambil alih seluruh jalannya prosesi, mulai dari penggalangan dana, masak genduri, hingga koordinasi kegiatan tahlil


“Kami rindu keadilan, bukan sekadar jabatan, kalau desa tak mau hadir,, biar dusun yang bergerak, ”tegas Ibu Sri Lestari saat dijumpai di Punden Tirto Mulyo, titik keramat yang diyakini sebagai pusat kekuatan spiritual dusun


Menariknya, sebanyak 5 persen warga yang mendukung Kasun baru disebut akan menggelar sedekah bumi versi mereka keesokan harinya. 


Artinya, dalam satu dusun kecil, dua sedekah bumi berlangsung dengan semangat dan narasi berbeda. Ini bukan lagi soal budaya semata, tetapi juga ada nuansa politis,"kata salah satu warga yang tak mau disebutkan namanya


Para pendukung Wahyu menyebut pemecatannya sarat kepentingan. Beberapa bahkan menduga ada intervensi elite desa dalam pengambilan keputusan yang cenderung menyingkirkan suara komunitas lokal


“Dusun kami kecil, tapi bukan untuk diremehkan. Jika hari ini kami bersatu tanpa pemerintah desa, itu bukti bahwa masyarakat punya daya,” ucap salah satu warga muda yang ikut aktif dalam persiapan genduri.


"Masa Depan Dusun di Persimpangan Tradisi, yang semestinya menjadi alat pemersatu kini menjadi cermin retaknya kepercayaan publik, "ucapnya


"Jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa mediasi atau rekonsiliasi yang serius, bukan tidak mungkin akan muncul krisis sosial lebih besar di akar rumput, "tambahnya


Ketika budaya tak lagi dipimpin oleh otoritas formal, dan warga mengambil alih kendali penuh atas hajatan sakral desa, maka yang dipertaruhkan bukan sekadar tumpeng dan doa, tetapi masa depan tatanan sosial itu sendiri.


Dusun Seloguno hari ini adalah cermin kecil dari fenomena besar: ketika masyarakat merasa diabaikan, maka budaya bisa menjadi alat kritik, simbol perlawanan, sekaligus benteng terakhir identitas mereka.


(Boniman) - [Rilis Up JTN Biro Nganjuk]



 

|REDAKSI| Editor : H. Zahrudin-Haris-Athallah SND
Sumber : JTN MEDIA NETWORK

Post a Comment

No Spam,No SARA,No Eksploitasi
Komenlah yang berkualitas & berkelas

Previous Post Next Post
KIRIM PESAN LEWAT EMAIL
KIRIM RILISAN
INAPROC E-CATALOG
SUPORT

Contact Form