-->
BERANDA PENDIDIKAN KESEHATAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PERKEBUNAN TENAGA KERJA HUKUM ORGANISASI OLAHRAGA JAWA TIMUR JAWA TIMUR UPDATE JAWA TENGAH JAWA BARAT LINTAS NUSANTARA JAKARTA

Jalan Spiritual Menuju Tuhan Pun Akan Bermuara Pada Kemuliaan Manusia

Dilihat 0 kali

 

Penulis Jacob Ereste

ARTIKEL

Politisi sufi itu, berbeda dengan politisi pada umumnya yang mengedepankan kedudukan dan kekuasaan. Politisi  sufi itu lebih amanah. Menjaga etika dan moral serta berakhlakul karimah.

Dia tak mengedepan kepentingan pribadi, karena dia selalu eling atau sadar bila berbuat baik untuk orang banyak itu adalah perbuatan paling mulia sebagai makhluk Tuhan yang dijanjikan surga oleh Allah SWT.

Karena itu tugas dan kewajibannya sebagai politisi dia tunaikan dengan sebaik mungkin. Giat memberikan pencerahan dan pendidikan untuk mencerdaskan rakyat.  Tak takut untuk disangi. Sebab semua yang dilakukannya semata-mata hanya ibadhah bagi dan untuk kemaslahatan umat.

Ia pun tak perduli siapa dan dari mana maupun  agama apa yang bisa berkah lewat dirinya. Karena sabda dari langit tentang rachmatan lil alamin telah manunggaling seperti dilakukan Syekh Siti Jenar pada jaman Wali dahulu.

Kerukunan dan kenyamanan serupa itu tidak cuma dia bangun dalam lingkungan keluarga yang sakinah, mawaddah dan warachmah, tapi juga membersit dari tata kelola usaha ekstranya dengan sejumlah pekerja yang asyik dalam suasana enjoi penuh keceriaan. Rukun, Kompak penuh semangat serta energik melaksanakan tugasnya masing-masing. Hingga usaha sampingannya itu terus melesat maju menunaikan, tak hanya dalam bentuk usaha, tapi juga tenaga kerja yang trampil serta piawai memanage pengembangan anak usaha yang baru.

Bagi sang politisi sufi ini, membangun dan membesarkan suatu usaha, persis seperti membesarkan anak yang harus dilakukan dengan sepenuh cinta dan kasih. Tak boleh berlebih maupun kurang. Seperti keseimbangannya mengatur selera makan. Tak boleh kurang, juga tidak boleh berlebihan.

Logika spiritual yang dilakoninya pun persis dengan cara membangun keseimbangan antara jiwa dan raganya. Seperti yang memberi inspiasi bagi paguyuban Bengkel Teater WS. Rendra yang melagenda itu; langit di luar, langit di dalam, bersatu dalam jiwa.

Atas dasar itu, ia menjadi sangat paham bahwa sikap jumawa yang berlebihan mengunggulkan akal dan nalar -- sehingga abai pada peranan rasa dan insting bisikan hati -- sungguh jadi kekonyolan belaka. Sebab rasa, insting serta bisikan hati itu getaran dari frekuensi yang berhubungan langsung dengan Tuhan, pemilik tunggal jagat raya dan seisinya ini.

Harapan besar pada politisi sufi yang rajin dan tekun memelihara hati nurani -- tidak saja bisa menjaga keseimbangan diri dan institusi apa yang bertaut dengan laku spiritual yang konsisten dia pelihara -- tetapi juga menimbulkan pengharapan pada lingkungan politik, ekonomi dan budaya yang bersentuhan dengan dirinya bisa beranak pinak bersemainya kebaikan, kerukunan, keugaharian serta kepedulian yang bermuara pada kemuliaan untuk sesama manusia.

Jakarta, 15 Desember 2021

*Catatan dari paparan ini merupakan resume pada berbagai-bagai kesempatan dialog bersama sejumlah tokoh dan Pemimpin Spiritual Indonesia, satu diantaranya Eko Sriyanto Galgendu yang juga Ketua Umum Lintas Agama Indonesia.


(Apin)

Sumber : JTN Media Network

JTN SUPORT BANK BRI An : PT.JATIM INTIPERKASA GLOBAL MEDIA, No. REK : 006501044064531

Post a Comment

No Spam,No SARA,No Eksploitasi
Komenlah yang berkualitas & berkelas

Previous Post Next Post

Contact Form