JAWATIMURNEWS.COM | Kamis (27/6/2024)
SURABAYA_JAWA TIMUR,- Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Dr. Moch. Shofwan, S.Pd., M.Sc., CHRM. yang juga merupakan Wakil Ketua Badan Kemaritiman PCNU Sidoarjo menuturkan bahwa penanganan pasca bencana khususnya terkait penataan ruang dan pengembangan wilayah harus mengedepankan fungsi collaborative governance, artinya semua unsur wajib terlibat, sehingga apa yang menjadi problem dan apa yang diinginkan kedepannya dapat terlaksana sesuai dengan kebutuhan, sebut saja terkait penataan permukiman komunal pasca bencana lumpur Sidoarjo di beberapa titik wilayah Kecamatan Porong, Tanggulangin, dan Jabon, misalnya membangun kawasan permukiman baru pasca bencana yang terintegrasi sesuai pola ruang di kawasan barat lumpur Sidoarjo yaitu daerah Tanggulangin, Tulangan, dan Krembung, kemudian mengoptimalkan pembangunan kawasan industri di kawasan timur semburan lumpur yaitu daerah Jabon dan sekitarnya sehingga tetap menumbuhkan sendi-sendi aktifitas perekonomian Kawasan tersebut.
Pada Selasa tanggal 25 Juni 2024 di Graha Wiyata UNTAG Surabaya Cak Shofwan, panggilan akrab Dr. Moch. Shofwan, S.Pd., M.Sc., CHRM. telah tuntas perjuangannya dalam meraih Pendidikan Tinggi, beliau berhasil mempertahankan Disertasinya tentang Pengembangan Wilayah Di Kawasan Bencana Lumpur Sidoarjo (Studi Tentang Pengembangan Infrastruktur Dan Kawasan Terbangun) di hadapan para Dewan Penguji dan Profesor sehingga beliau berhasil meraih gelar Doktor pada Program Studi Doktor Ilmu Administrasi (Bidang Kajian Pengembangan Wilayah dan Kebencanaan), FISIP UNTAG Surabaya.
Cak Shofwan mengatakan, "Bencana Lumpur Sidoarjo yang terjadi pada tanggal 29 Mei 2006 dan telah menenggelamkan beberapa Desa di Kecamatan Porong, Kecamatan Tanggulangin, dan Kecamatan Jabon Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur menjadi sejarah penting, dikarenakan adanya peristiwa keluarnya gas dan lumpur panas dari dalam tanah dengan suhu 100°C". Berdasarkan data lapangan dan observasi sejauh ini semburan lumpur masih berlanjut dan belum ada tanda-tanda akan berhenti dalam waktu dekat. Semua usaha untuk menghentikan keluarnya lumpur dari dalam bumi sejauh ini tidak berhasil.
"Akibat dari semburan lumpur sidoarjo berdampak pada pola perencanaan dan pemanfaatan lahan disekitar kawasan bencana lumpur Sidoarjo, khususnya terkait pengembangan infrastruktur dan kawasan terbangun baik itu untuk permukiman, kawasan industri, kawasan perdagangan dan jasa serta fasilitas umum dan fasilitas sosial", tutur Shofwan. Selain aktif sebagai Dosen PWK FT UNIPA Surabaya, Cak Shofwan saat ini juga aktif sebagai Anggota Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI).
Salah satu model yang dihasilkan dalam Disertasi Cak Shofwan, yaitu membangun model perencanaan dan pengembangan wilayah pasca bencana. "Normatifnya perencanaan wilayah itu dimulai dari penyusunan rencana, penetapan, pelaksanaan, dan evaluasi, namun dalam kondisi pasca bencana maka hal semacam ini perlu dirumuskan kembali", kata Shofwan. Model baru dalam Disertasinya dinamai dengan PD-EBP (Post Disaster-Evidence Based Planning) yaitu memasukkan unsur penilaian program melalui identifikasi dan analisis masalah serta kebutuhan (kawasan terdampak pasca bencana), dan unsur pengembangan anggaran (kawasan terdampak pasca bencana) pada sebelum tahapan perencanaan wilayah secara normatif.
(Red)
Sumber : JTN Media Network
JTN SUPORT BANK BRI An : PT.JATIM INTIPERKASA GLOBAL MEDIA, No. REK : 006501044064531